Hormon Cinta Juga Memicu Cemburu
0
comments
Rasanya tak berlebihan kalau ada yang bilang batas antara benci dan cinta itu sangat tipis. Pasalnya, studi terkini menunjukkan bahwa oksitosin, si hormon cinta itu, ternyata juga memicu rasa cemburu dan iri hati.
Hormon oksitosin yang menyebabkan rasa ingin berdekatan dan bersentuhan, selama ini memiliki reputasi sebagai hormon cinta. Hormon ini akan dilepaskan saat seorang ibu melahirkan bayinya atau saat seseorang sedang bercinta. Tapi nyatanya hormon ini juga bisa menimbulkan perasaan yang bertolak belakang.
"Kami menduga hormon ini memicu rasa sentimen sosial; saat asosiasi seseorang positif, oksitoksin yang dilepas akan menimbulkan sikap yang positif pula. Sebaliknya, saat asosiasi negatif yang timbul, hormon ini akan meningkatkan rasa sentimen negatif," kata Simone Shamay Tsoory, dari Universitas Haifa, Israel.
Kesimpulan Shamay tersebut dibuat berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap tikus. Tikus percobaan yang diberi hormon oksitoksin bersikap lebih agresif. Ketika diujicoba pada 56 manusia ternyata sikap yang timbul hampir sama.
Para responden yang terlibat dalam penelitian ini diminta menghirup hormon oksitoksin sebelum mereka bermain game yang memang didesain untuk menimbulkan rasa persaingan. Ternyata responden yang menghirup oksitoksin mengaku mereka merasa lebih serakah dan iri pada lawan mainnya. Namun saat game tersebut usai, perasaan negatif tersebut juga hilang.
"Kami melakukan eksperimen tentang oksitoksin ini untuk menguji apakah hormon ini bisa dipakai untuk terapi berbagai gangguan, seperti autisme," kata Dr.Shamay yang hasil penelitiannya dipublikasikan dalam jurnal Biological Psychiatry.
Hormon oksitosin yang menyebabkan rasa ingin berdekatan dan bersentuhan, selama ini memiliki reputasi sebagai hormon cinta. Hormon ini akan dilepaskan saat seorang ibu melahirkan bayinya atau saat seseorang sedang bercinta. Tapi nyatanya hormon ini juga bisa menimbulkan perasaan yang bertolak belakang.
"Kami menduga hormon ini memicu rasa sentimen sosial; saat asosiasi seseorang positif, oksitoksin yang dilepas akan menimbulkan sikap yang positif pula. Sebaliknya, saat asosiasi negatif yang timbul, hormon ini akan meningkatkan rasa sentimen negatif," kata Simone Shamay Tsoory, dari Universitas Haifa, Israel.
Kesimpulan Shamay tersebut dibuat berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap tikus. Tikus percobaan yang diberi hormon oksitoksin bersikap lebih agresif. Ketika diujicoba pada 56 manusia ternyata sikap yang timbul hampir sama.
Para responden yang terlibat dalam penelitian ini diminta menghirup hormon oksitoksin sebelum mereka bermain game yang memang didesain untuk menimbulkan rasa persaingan. Ternyata responden yang menghirup oksitoksin mengaku mereka merasa lebih serakah dan iri pada lawan mainnya. Namun saat game tersebut usai, perasaan negatif tersebut juga hilang.
"Kami melakukan eksperimen tentang oksitoksin ini untuk menguji apakah hormon ini bisa dipakai untuk terapi berbagai gangguan, seperti autisme," kata Dr.Shamay yang hasil penelitiannya dipublikasikan dalam jurnal Biological Psychiatry.
Semoga artikel
Hormon Cinta Juga Memicu Cemburu bermanfaat untuk Anda.