Gejala Awal Flu Burung seperti Influenza

Posted by Author 0 comments
Awal musim hujan tahun ini di Jawa Tengah ditandai dengan suatu kejadian yang tidak diharapkan, yaitu adanya korban meninggal akibat infeksi virus flu burung pada tanggal 07 November 2008 di Medoho, Gayamsari, Semarang.

Epidemi infeksi flu burung pada manusia dimulai pada tahun 2005, dimana terjadi 20 kasus, 13 diantaranya meninggal dunia. Jumlah kasus dan korban meninggal mencapai puncaknya pada tahun 2006, dimana didapatkan 55 kasus, 45 diantaranya meninggal dunia. Segala upaya telah dikerahkan untuk mencegah terjadinya kasus-kasus baru, sehingga pada tahun berikutnya angka kejadiannya mulai menurun, tetapi kasus baru yang terjadi di Indonesia masih tertinggi di dunia dibandingkan negara-nagara lain yang juga terserang epidemi flu burung.

Infeksi Flu Burung
Kejadian penyakit flu burung pada manusia, terjadi karena masuknya virus flu burung jenis H5N1 pada manusia melalui saluran pernafasan. Virus H5N1 sebenarnya merupakan jenis virus influenza yang menyerang unggas, tetapi sekarang juga menginfeksi manusia. Virus ini sendiri merupakan jenis yang sangat tidak stabil, mempunyai variasi banyak dan mudah bermutasi.

Infeksi virus influenza juga dikenal sebagai suatu penyakit yang sangat mudah menular. Penularan terutama melalui droplet (cipratan) lendir dan kontak langsung dengan lendir penderita terinfeksi.

Variasi virus influenza didasarkan atas variasi dari 2 antigen permukaan, yaitu antigen H (Hyaluronidase, sudah dikenal 9 subtipe) dan antigen N (Neuraminidase, sudah dikenal 15 sub tipe). (lihat gambar).

Variasi subtipe virus influenza ini juga menyebabkan munculnya berbagai variasi jenis spesies yang peka terhadap infeksi virus ini. Virus influenza dapat menyerang unggas, babi, ikan paus dan sebagainya, termasuk juga manusia. Tetapi serangan umumnya terbatas pada jenis spesies tertentu untuk masing - masing subtipe virus.

Misalnya pada manusia yang selama ini dikenal sebagai penyakit influenza musiman, hanya disebabkan oleh virus infuenza tipe B, influenza tipe A subtipe H1N1, dan influenza tipe A subtipe H3N2.

Diagnosa
Manusia yang terinfeksi oleh virus flu burung tidak mempunyai gejala klinis yang khas. Gejala penyakit pada tahap awal seperti penyakit influenza biasa, yaitu adanya demam sakit kepala dan batuk. Pada perkembangan penyakit, panas tidak turun dan yang khas adalah munculnya sesak nafas yang cepat bertambah parah. Gambaran pemeriksaan darah juga tidak khas, seperti serangan virus pada umumnya yaitu adanya penurunan jumlah sel darah putih (lekopeni) dan turunnya trombosit (trombositopeni) sehingga kemungkinan kalau hanya berdasarkan data ini dokter akan mendiagnosa sebagai demam berdarah dengue atau demam tifoid.

Anamnesa tentang riwayat adanya kemungkinan kontak penderita dengan unggas sangat penting dalam mendiagnosa flu burung sebelum pemeriksaan laboratorium dapat dilakukan.

Dalam rangka memberikan pedoman bagi masyrakat dan tenaga kesehatan, maka Depkes RI mengelompokkan kasus AI H5N1 pada manusia diklasifikasikan dalam 3 jenis, sesuai perkembangan diagnosis, yaitu kasus suspek AI, kasus probable dan kasus konfirmasi.

1. Kecurigaan Suspek
Apabila seseorang menderita demam panas 38 derajat C disertai dengan satu atau lebih gejala berikut, batuk, sakit tenggorokan, pilek, sesak nafas (nafas pendek) ditambah dengan satu atau lebih keadaan di bawah ini :
  • Pernah kontak dengan unggas sakit/mati mendadak yang belum diketahui penyebabnya serta produk mentahnya (telur, jeroan) termasuk kotoran dalam 7 hari terakhir sebelum timbul gejala di atas.
    Yang dimaksud dengan kontak adalah merawat, membersihkan kandang, mengolah, membunuh, mengubur/membuang/membawa
  • Pernah tinggal di lokasi yang terdapat kematian unggas yang tidak biasa dalam 7 hari terakhir sebelum timbul gejala di atas. Luas lokasi ditentukan dengan mobilisasi unggas yang mati
  • Pernah kontak dengan penderita AI konfirmasi dalam 7 hari terakhir sebelum timbul gejala di atas
  • Pernah kontak dengan spesimen AI H5N1 dalam 7 hari terakhir sebelum timbul gejala di atas
  • Ditemukan adanya lekopenia (kurang 5000/µl)
  • Ditemukan adanya antibodi terhadap H5 dengan pemeriksaan Hemaglutinase Inhibition (HI) test menggunakan eritrosit kuda.

    Seseorang yang menderita Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS) dengan satu atau lebih keadaan di bawah ini :
    • Leukopenia (kurang 5000) atau limfositopenia
    • Foto toraks menggambarkan pneumonia atipikal atau infiltrat baru di kedua sisi paru yang makin meluas pada serial foto

2. Kasus Probable
Adalah kasus yang memenuhi kriteria suspek dengan satu atau lebih keadaan di bawah ini :
  • Ditemukan adanya kenaikan titer antibodi 4 kali terhadap H5 dengan pemeriksaan uji HI menggunakan eritrosit kuda atau uji ELISA
  • Hasil laboratorium terbatas untuk Influenza H5 ( terdeteksinya antibodi spesifik H5 dalam spesimen serum tunggal) menggunakan neutralisasi test.

3. Kasus Konfirmasi
Adalah kasus suspek atau kemungkinan terserang dengan satu atau lebih keadaan di bawah ini:
  • Kultur (biakan) virus Influenza A/ H5N1 positif
  • PCR Influenza A/ H5N1 positif
  • Pada Imunofluorescence (IFA) test ditemukan antibodi positif dengan menggunakan antigen monoklonal Influenza A/H5N1
  • Kenaikan titer antibodi spesifik Influenza/H5N1 pada fase konvalesen sebanyak 4 kali atau lebih dibandingkan dengan fase akut dengan microneutralization test.
Jadi dalam hal ini, kepastian diagnosa penyebab infeksi ini baru bisa dilakukan berdasarkan pemeriksaan laboratorium yang dapat membuktikan adanya infeksi virus pada penderita, yaitu dengan keberadaan virus tersebut secara langsung atau dengan memeriksa adanya antibodi anti virus flu burung pada penderita.

Pemeriksaan antibodi merupakan pemeriksaan yang hasilnya cepat dengan biaya yang murah dan secara teknis mudah dikerjakan dengan menggunakan sampel berupa serum darah penderita. Antibodi merupakan salah satu sistem kekebalan yang sangat spesifik, yang dibentuk oleh manusia sebagai tanggapan bila ada benda asing (virus) masuk ke dalam tubuh. Karena hanya merupakan respon infeksi, maka antibodi baru akan terdeteksi dalam darah setelah sekitar 1 minggu sakit . Selain itu antibodi yang terbentuk dapat bertahan beberapa bulan atau bahkan beberapa tahun pada darah penderita. Sehingga pemeriksaan antibodi baru dapat dijadikan dasar sebagai diagnosa infeksi bila paling tidak dilakukan dua kali pemeriksaan dengan jarak 1 - 2 minggu.

Pada pemeriksaan ini antibodi dapat dijadikan sebagai bukti infeksi bila pada pemeriksaan kedua (fase konvalesen atau penyembuhan) didapatkan peningkatan titer minimal 4 kali atau lebih dibandingkan hasil titer pemeriksaan pertama yang diambil pada fase akut infeksi.

Hal ini didasarkan atas pertimbangan penderita tersebut masih dalam proses aktif membentuk antibodi sebagai tanggapan terhadap kejadian infeksi yang baru saja terjadi. Kalau hasilnya tidak jauh berbeda antara pemeriksaan pertama dan kedua, maka menandakan bahwa infeksi sudah terjadi pada beberapa bulan, atau tahun sebelumnya.

Jadi pemeriksaan antibodi untuk diagnosa flu burung, walaupun sebenarnya cukup spesifik, tetapi tidak dapat membantu dalam penanganan penderita maupun penanganan epidemiologis (mencegah penyebaran penyakit). Karena di hari ke 14 penderita sudah berada pada fase penyembuhan atau bahkan sudah meninggal dunia.

Sumber : Suara Merdeka

Blog Stat



Artikel Paling Top

Posting Terbaru

feed